Ironi Jakarta Pagi Ini

Hujan turun pagi ini, tak heran jika sebagian orang memilih tetap di rumah. Untuk sekedar menyeruput teh di pagi hari, atau segelas kopi sembari menyimak berita dari televisi atau koran pagi.

Pemandangan ini juga aku temui di jalan. Sebuah keluarga kecil yang terlihat harmonis. Sang ayah, membelai putrinya di pangkuan. Sementara itu sang ibu berlutut di sebelahnya dengan koran tangannya. Terlihat bahagia? Tidak. Adakah kopi, teh atau cemilan? Tentu saja tidak.

Pemandangan ini terlihat di tepi jalan tadi pagi, di emperan toko. Seorang bapak membelai putri kecil di pangkuannya, mungkin sekedar menggosok punggung putri kecilnya untuk menyalurkan kehangatan. Atau sekedar melindunginya dari dinginnya cuaca pagi ini. Sementara sang ibu berlutut di sebelahnya dengan koran menempel di kakinya, dililitnya. Mungkin untuk menghangatkan kaki. Tak ada kopi, tak ada teh, tak ada televisi, hanya bising kendaraan dengan polusi yang ada dihadapannya.

Ironis, di luar sana, tak jauh dari pandangan matanya, para wakil rakyat berlomba-lomba membangun gedung megah nan mewah dengan segala fasilitas yang wah. Tentu saja dengan biaya yang tak sedikit, milyaran bahkan triliunan rupiah. Konon, untuk meningkatkan kinerja. Atau menyamankan posisinya? Entahlah.

Di luar sana, wakil rakyat bisa tertidur pulas, bahkan di tengah sidang. Di antara sorot kamera wartawan yang mengabadikan, mengambil foto sebagai bukti kepada publik. Bukti otentik untuk orang-orang yang memberikan suara untuknya. Tak ada rasa risih, seolah tak ada rasa bersalah. Bahkan ada yang tanpa malu, memilih tidak hadir dengan sejuta alasan.

Di luar sana, petinggi negeri ini sibuk dengan pencitraan diri, kebakaran jenggot ketika popularitasnya menurun. Apakah perlu sorot kamera pekerja infotainment untuk menunjukkan eksistensinya? Eksistensi sebagai apa, sebagai petinggi negeri atau sebagai penyanyi?

Jakartamu, Jakarta kita juga kan?

Negerimu, negeri kita juga kan?

Belajar Kejujuran dan Ketulusan dari Anak SMA

Kalau bicara SMA, konon, ini adalah masa-masa yang paling indah. Dimana kita (biasanya) merasakan cinta pertama, cinta monyet atau apalah istilahnya. Serta banyak hal baru yang dirasakan dan sebagian besar merasakan indahnya moment sweet seventeen ya masa ini. Ada sebagian yang mengadakan pesta, ada yang hanya sekedar makan-makan di tempat favorit, ada juga yang menganggap biasa saja, tak ada yang istimewa dengan umur 17 dan tak merayakan.

Akhir-akhir ini SMA ramai dibicarakan. Mulai dari Ujian Nasional (UN), persiapannya sampai kontroversinya. Banyak kecurangan di sini, hingga muncul berita seorang siswa SMA Muhammadiyah di Lampung: Juara Kelas,Tiga Tahun tak lulus UN. Miris, tapi inilah dunia pendidikan di negeri ini. Di sisi lain, seorang yang berusaha, berjuang dan belajar sendiri tak mampu keluar dari ‘jeratan’. Namun, di sisi lain, banyak siswa yang dengan mudahnya lulus UN dengan mengandalkan jawaban dari Guru. Salah siapa? Entahlah.

Di lain tempat, seorang teman menulis di account twitter-nya, katanya pada acara makan siang bersama, seorang anak PKL (SMK) menyisakan sebagian makanannya dan membungkusnya. Ketika ditanya dengan polosnya dia jawab, ‘dibawa pulang, untuk ibu’. Mengharukan, seorang remaja pria begitu besar perhatiannya kepada ibunya. Mungkin sederhana, tapi tak semua bisa melakukan. Bagaimana dengan kita?

Begitulah, dalam setiap hal kita bisa belajar, mengambil hikmah dalam setiap kejadian. Kita bisa belajar kejujuran dari anak SMA, kita juga bisa belajar ketulusan dari anak SMA. Ketulusan, cinta dan kasih sayang. Betapa indahnya negeri ini bila dipenuhi orang-orang yang jujur dan tulus dalam melakukan segala hal.

Tukang Somay, 'toko' bajaj, pengemis dan Marzuki Alie

Adzan Maghrib sudah berkumandang dan sholat berjamaah pun segera ditunaikan. Tak ada yang aneh, hanya mataku yang menangkap seseorang yang aku rasa asing. Baru kali ini aku lihat dia di masjid ini 'ow mungkin sanak family orang-orang di komplek ini' batinku. Ternyata salah, dia seorang penjual somay keliling. Usianya mungkin belum 15 tahun, masih kecil. Apalagi untuk berjualan keliling dengan sepeda di malam hari. Setidaknya itu menurutku.

Hari ini aku membelinya, kalau cocok dengan lidah bolehlah jadi langganan. Dan sembari menunggu pesanan, aku memperhatikan sepedanya, jangan bayangkan sepeda lipat atau sepeda gunung yang berharga jutaan, tapi ya sepeda -maaf- 'khas' tukang somay. Rasanya tak perlu dijelaskan di sini. Dan rasa keingintahuanku muncul,

"Pulang jam berapa mas?" -bukan berarti dia lebih tua lho-
"kadang jam sembilan, kadang lebih, bisa kurang"
"ow, nunggu habis ya?"
"kadang belum habis juga sudah pulang"
"keliling sampai mana?"
"dari pondok kelapa, ciledug, sampai sini pak"

Sepengetahuanku jarak yang dia sebutkan lumayan jauh. Dalam hati aku mengaguminya, seorang anak yang berjuang untuk hidup dengan cara yang sungguh mulia, bukan meminta-minta apalagi menghalalkan segala cara.

'toko' Bajaj
Hari ini, berhubung nggak ada acara, istri juga sedang pulangkampung, bedriamdiri di rumah sepertinya lebih manarik, lebih tepatnya di kamar. Sekedar berselancar di internet sembari tiduran, sesekali ngemil dan 'menonton' tv. Bukan menonton, tapi lebih tv yang 'menonton'ku karena mataku selalu tertuju ke layar monitor. Ya, hitung-hitung sebagai teman, paling tidak ada suara selain bunyi keyboard. hehehe.

Entah berapa acara terlewat, kuliner, rumah, gosip, berita, hingga satu acara menarik perhatianku. Ngulik. Episode tadi, Asri Welas (pembawa acara) mewawancarai seseorang yang memenuhi bajaj (entah bajaj atau bemo)-nya dengan berbagai barang kebutuhan rumah tangga, alat-alat rumah tangga sepertinya.

Konon, pemilik 'toko' bajaj mengalami kecelakaan, hingga ia mengalami cacat permanen. Ketika ditanya 'kok nggak sedih', dengan tenang ia menjawab tak ada yang perlu disedihkan. Malu, benar-benar malu, bagaiman tidak, dengan segala yang kumiliki kadang masih mengeluh. Astaghfirullah.

Bukan hanya itu, bahkan ia tidur, sholat -konon, ada 'mushola' juga di situ- dan -maaf- buang air kecil/besar di 'toko' itu. Satu lagi, Ia melakukan semuanya sendiri. Lagi-lagi aku tersentuh, seorang yang patut di contoh, dengan -maaf- segala kekurangan yang ada pada dirinya, ia tetap berusaha dengan keringatnya, bukan dengan menengadahkan tangan, mengharap belas orang -yang kadang, bahkan setengah memaksa-.

Pengemis

Selang beberapa jam, ada satu lagi acara yang menarik perhatianku. Bukan hanya perhatian, tapi juga secara emosi. Bagaimana tidak, seorang ibu yang masih sehat, meminta-minta di jalan, naik turun dari satu angkutan ke angkutan lain. Kalau hanya dia sendiri tak apalah, bagiku itu bagian dari 'hak asasi'. Mereka mau meminta-minta atau berusaha yang lain itu pilihan, kita tak bisa memaksa, karena kita juga nggak bisa berbuat banyak untuknya. Tapi meminta-minta jutru memancing emosi ketika mereka membawa bayi sebagai 'alat' untuk meraih simpati. Katanya, ia bisa memperoleh 'pendapatan' lebih dengan membawa bayi. Dan yang lebih memancing emosi adalah bahwa bayi itu hasil 'sewaan'. Masya Allah, seorang ibu mau 'mengorbankan' anaknya hanya untuk separuh dari penghasilan (menurut pengakuan ibua bayi, dia mendapatkan setengah dari hasil) mengemis? Inilah realita. Terjadi di depan mata namun seringkali kita tak bisa berbuat apa-apa, bahkan pihak 'berwajib' pun seolah menutup mata, tak mau tahu, atau tak punya pilihan selain 'membiarkan'? Entahlah.

Lantas, apa hubungannya dengan Marzuki Alie? Apakah mereka keluarga dari Marzuki Alie? Tentu bukan. Tak ada hubungan kerabat antara mereka, antara satu dengan lainnya, 'hanya' hubungan rakyat dengan WAKIL RAKYAT.

Menilik pernyataan beliau yang terhormat, "Cuma orang-orang elite yang paham membahas masalah ini. Rakyat biasa tidak bisa ikut," ujar Marzuki di gedung DPR, Jumat (1/4). Sepertinya benar, kali ini aku setuju dengan beliau yang terhormat. orang-orang, rakyat kecil seperti mereka dan entah berapa banyak lainnya, mungkin tidak tahu, entahlah apa yang terjadi di luar sana, di gedung yang terhormat itu, yang -katanya- mewakili rakyat. Kalaulah tahu, mereka memilih untuk tidak tahu, memilih untuk lebih fokus mencarihttp://www.blogger.com/img/blank.gif dan menata hidup dan kehidupannya.

Tukang somay, 'toko' bajaj dan pengemis yang muncul di acara tv hari ini hanyalah tiga dari sekian banyak orang yang tak tahu, bahkan tak peduli dengan pernyataan Marzuki Alie, tak peduli dengan gonjang-ganjing 'bagi-bagi' kekuasaan ala elit politik. Urusan perut adalah hal yang utama agar hidup dan kehidupannya tetap berlanjut. Mungkin kita, dan rakyat biasa lainnya tak punya istana semegah DPR, tapi setidaknya kita punya hati untuk melihat sekeliling dengan bijak, untuk senantiasa bersyukur atas nikmat dan karunia-Nya.

Dufan Promo Lagi (buy 1 get 1 free per 01 Maret - 10 April 2011)

setelah sukses joint dengan Alfamart (dkk) dan Coca cola, kali ini dufan bikin promo lagi.

Ancol joint Sosro Buy 1 Get 1 Free Dufan/Atlantis/Samudra 1 maret- 10 april 2011

Buy 1 Get 1 Free Ancol joint Sosro
* 1 Mar s/d 10 Apr 2011
* di sertai struk+voucher dari pembelian 4 kotak “Happy Jus/Country Choice” atau 2 botol “Happy Jus/Country Choice” di Giant, Hero, Farmer market, Superindo, Lotte Mart, Alfa Express, Alfa Midi, Alfa Mart, dan Tip Top area Jabodetabek.
* 1 voucher+struk berlaku utk pbelian 1 tiket Dufan/Atlantis/Samudra gratis 1 tiket yg sama.
* syarat & ketentuan berlaku

Harga tiket
Senin s.d Jumat : Rp. 120.000,-
Sabtu, Minggu & Libur Nasional : Rp.150.000,-

Jam operasional
Senin sd Kamis : 11.00 wib - 18.00 wib
Jumat : 13.30 wib - 20.00 wib
Sabtu, Minggu, Libur Nasional : 11.00 wib-20.00wib

more info :
Telp 021-8840855 ext 1331 atau 1335

kayaknya mekanismenya hampir sama dengan periode lalu, beli productnya di tempat yang ditunjuk, dapat voucher, lampiri dengan struk. ke dufan/atlantis/samudera beli satu dan disana gratis satu.

periode sebelumnya sudah saya buktikan dan benar, mudah2an nanti sempat posting hehehe....

Promo Dufan: Gratis 1 Tiket (per 1-28 Februari 2011)


awalnya nyari tiket murah untuk Dunia Fantasi (Dufan) atau diskonan yang sedang berlangsung. eh ternyata, mulai 1 Februari 2011, ada promo yang lumayan menarik. Hanya dengan membeli 2 Coca cola pet 350ml atau 1 Coca cola 1,5L di Alfamidi atau Alfa express dan Alfamart dengan dilampiri struk dan voucher pembelian, gratis 1 tiket Dufan/Atlantis/Ocean Dream Samudra.Promo ini cuma dari 01 s/d 28 Februari 2011 dan hanya berlaku di Jabodetabek.

di tiketnya tertulis:

* Tukarkan struk pembelian dan voucher di loket pembelian tiket Dufan/Ocean Dream Samudra/Atlantis
*Voucher hanya berlaku untuk 1 kali transaksi
*Tidak dapat digabung dengan promosi lain
*periode penukaran Voucher dengan tiket Dufan/Ocean Dream Samudra/Atlantis: 1 Feb - 6 Mar 2011

selain itu ternyata ada lagi ternyata ada Voucher Minuman: Tukarjan kupon ini dan dapatkan 1 Coca Cola 350ml setiap pembelian 2 (awalnya ditulis 1, tp ditimpa dengan ballpoint menjadi 2) coca cola 350ml di stand minuman Dufan/Ocean Dream Samudra/Atlantis.

so, buat yang mau ke dufan mari nikmati kesempatan ini... hehehe
satu lagi, Gong Xi Fat Cai...

keterangan gambar:
*gambar 1: google
*gambar 2: foto diambil sendiri dengan kamera hp *samsung monte*

lagi, melakukan salah yang sama: berharap kepada selain-Nya

Astaghfirullah,
Rabbi, ampuni hamba untuk kesekian kalinya. Sungguh, tiada tempat yang lebih layak untuk meminta, menyandarkan harap sepenuh jiwa selain kepada-Mu

Rabbi, sungguh hanya Engkau penguasa hati setiap manusia, setiap mahluk yang Kau ciptakan. Sungguh Engkau mengetahui isi dan seluk beluknya, dan Engkau tidak memberikan kami sedikitpun cara untuk mengetahui isi hati di antara kami.

Rabbi, sungguh, diantara sejuta pinta, sejuta harap, kadang terselip harapan kepada manusia, kepada pemimpin bahkan kepada sesama kami. Entah apa yang ada di hati kami sehingga bisa berharap kepada selain-Mu.

Rabbi, ampuni kami sekiranya itu salah, sungguh hanya kepada-Mu kami berharap, karena sesungguhnya Engkau sebaik-baiknya tempat meminta dan memohon.

suatu hari di lereng Merapi

suatu hari, saya berkesempatan untuk menengok sisa-sisa erupsi Merapi. seperti kita ketahui, erupsi merapi terjadi sejak 26 Oktober 2010, konon erupsi kali ini adalah erupsi terburuk sejak 1870. Dan erupsi tahun 2010 ini menelan ratusan korban jiwa termasuk sang Juru Kunci Mbah Maridjan.

dan kini, Merapi sudah kondusif dan siapapun bisa mengunjungi, atau sekedar melihat kebesaran Tuhan pada sisa-sisa erupsi tersebut. Jangan heran, jika lereng merapi seolah menjadi objek wisata baru, dengan beragam pungutan di sepanjang jalan menuju lereng merapi, mulai dari yang sumbangan sukarela, sampai yang berbentuk tiket masuk Rp 5000/orang.


pohon-pohon kering, terbakar oleh abu vulkanik, tak menyisakan sedikitpun warna lain selain hitam


sekumpulan pohon bambu, mungkin, dulu rimbun, tersapu angin dan debu vulkanik. terbakar


pemandangan seperti ini lazim di sana, hanya tersisa pagar yang tak mudah terbakar, sementara pintu, kusen dan rangka atap yang terbuat dari kayu ludes terbakar.


mungkin, sebuah perlengkapan rumah tangga. tersisa menjadi arang serupa kerangka.


sejumlah orang, mulai memperbaiki rumahnya, kembali 'hidup' seperti sedia kala. semoga.


sayang, banyak 'pengunjung' yang meninggalkan begitu saja sampah mereka.

sejenak merenung, sekedar mengingat, betapa besar kuasa Allah, hanya dalam sekejap semua bisa berubah. pohon yang berdiri kokoh, tak sanggup menahan terjangan debu/awan panas. terbakar, meranggas. rumah yang berdiri megah, rusak seketika. Maha Besar Engkau dengan segala kekuasaan-Nya.

Operator Perang Iklan, Konsumen Untung?


seperti biasa, mungkin kebiasaan pada umumnya, ketika waktu senggang maka televisi adalah tujuannya. kita bisa mendapat banyak hal dari kotak kecil ini, ada berbagai macam berita dari berbagai belahan dunia, ada berjuta cerita dalam bentuk berbagai macam hiburan.

tak luput, kita juga disuguhi banyak iklan yang beragam, bahkan tak jarang iklan itu seolah untuk menjatuhkan produk sejenis. Etiskah? Entahlah.

dan ketika bicara masalah 'perang iklan', ingatan kita akan menuju pada dua operator yang lagi gencar-gencarnya melakukan serangan yaitu XL (PT Excelcomindo Pratama) dan Kartu As (PT. Telekomunikasi Seluler). Dari hari ke hari, serangan kian tajam dan memanas, apakah kita, sebagai konsumen, merasa diuntungkan?

Perang iklan bukan hanya iklan televisi, tapi juga pamflet bahkan di radio. Bahkan iklan versi radio, XL berani ngejek Kartu As, Esia dan IM3 sekaligus.

iklan XL di radio: setting mungkin di kelas, antrian dokter atau apalah yang jelas menggunakan nomor antrian.
wanita: nomor 1 (tarifnya esia)
rame: nggak ada bu..
wanita: nomor 20 (tarifnya Kartu As)
rame: nggak ada bu..
wanita: nomor 24
rame: nggak ada bu..
wanita: disini rame kenapa nggak ada semua, bapak2 ibu2 adik2 ngambil nomor berapa?
rame: kita semua ngambil nomor O bu..
terus ada penjelasan intinya Rp 0 untuk 30 detik pertama..

hahaha... apakah kita akan menelpon 30 detik, matiin, telpon telpon lagi 30 detik matiin lagi begitu seterusnya?

saya pengguna Kartu As, yang mengklaim Rp 20/menit langsung dr menit pertama, belum pernah sekalipun menikmatinya. Entah bagaimana caranya, mungkin saya yang kurang tahu. yang saya tahu emang ada cara untuk telpon Rp 1000/10 menit dengan cara menambahkan #1+nomor tujuan itu juga hanya berlaku untuk nomor telkomsel (kartu As, Simpati dan Halo). Tarif internet masih Rp 5/kb kecuali dengan registrasi dahulu, bisa dapat Rp 1000/MB.

atau kemaren melalui *100# >>paket sejam seribu>> hanya ada pilihan 1. sejam siang Rp 1000 60 mnt s.d 16.59 dan 2. sejam malam 60 mnt s.d 23.59 ketika dipilih ada sms notifikasi Permintaan anda sedang diproses dan beberapa jam kemudian ada sms notifikasi lagi yang intinya mengatakan server sibuk, coba lagi esok. atau sejenis.

so, iklan perang tarif apakah menguntungkan bagi konsumen?

gambar: sule vs baim

(kadang) Lagu sederhana, (bisa jadi) syarat makna

seperti biasa, kalo bosen dengan playlist yang ada di komputer, saya pasti nyari lagu-lagu di shared documents komputer yang terhubung dengan jaringan kantor. Kadang, nemu lagu-lagu yang sudah ada di playlist, tapi seringkali justru nemu lagu baru, atau lagu lama tapi belum masuk di playlist.

Kemarin, pas lagi nyari-nyari, nemu lagu 12. Khaylila's Song.mp3, kaya pernah denger. ya udah langsung play, ternyata lagunya Sheila on 7 dalam album Pejantan Tangguh (tahun 2004),pas sampe lirik:

Khaylila yang mungil
bila kau jadi pemimpin
berikan hak mereka.. bebas dari rasa takut
juga rasa tertindas


saya berpikir, apakah saat menciptakan lagu ini, sang penciptanya merasa takut dan tertidas oleh pemimpin? Hanya sedikit pikiran nakal saya sewaktu denger lirik ini.

kemudian ketika sampe reff,

dengan senyummu senjata membeku
tentara bernyanyi ikuti tingkahmu
tak ada lagi naluri menguasai
perlahan berganti naluri berbagi


pikiran nakalku kembali liar, seorang pemimpin itu harusnya memimpin, bukan menguasai, kalo 'mengasai' lebih seperti diktator. Tentara ,yang kadang kita lihat arogan, bahkan bisa bernyanyi ikut bernyanyi seorang anak. indahnya dunia ini, andai semua nyata adanya.

lanjut ke bait berikutnya,
satu hal yang pasti..
ajarkan anak kita..
berbagi.. memberi.. lebih dari yang kita
lakukan untuk saat ini..


betapa kita harus mengajarkan anak hal yang baik, dan anak-anak belajar dari orang tuanya. Apa yang orang tua ajarkan, itu yang akan dilakukan dan senantiasa diingat oleh anak-anak.

"Hal pertama yang sebaiknya diajarkan untuk dipahami kepada seorang anak adalah tentang moralitas spiritual dan konsekuensi. Anak diajarkan untuk bertanggungjawab atas konsekuensi pilihan yang dia ambil. Bantu sang anak belajar menghormati diri, maka ia akan berlaku terhormat dan menghormati orang lain. Dan tentu saja ini dimulai dengan menjadi orang tua yang mampu menghormati diri, keluarga, dan sang anak dengan baik. Selain itu anak harus diajari akan adanya keberadaan Tuhan dengan baik, kemudian memberitahu apa yang menjadi panggilan dan tujuan hidupnya terlahir ke dunia ini"

kutipan: kompasiana
gambar2: google

2011: BPHTB resmi dipunggut pemerintah daerah, Bebas Fiskal



Seperti kita ketahui, mulai tanggal 01 Januari 2011 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) resmi dipungut oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Yang berarti bahwa pemungutan dan segala pelayanan BPHTB dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sejalan dengan hal ini, Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat (Dit P2Humas) Direktorat Jenderal Pajak melalui website resmi DJP mengumumkan pengalihan BPHTB, agar diketahui oleh masyarakat. Spanduk dan berbagai sarana pun telah dilakukan, tentunya dengan tujuan agar masyarakat mengetahui.

Kemeterian Keuangan melalui Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)merespon pelimpahan wewenang ini dengan rencana pelaksanaan diseminasi informasi maupun pelatihan khusus bagi para SDM Pemerintah Daerah seluruh Indonesia yang akan menangani pengelolaan PBB dan BPHTB ini melalui unit yang mengangani Pendidikan dan Pelatihan di Bidang Perpajakan yaitu Pusdiklat Pajak.

BPPK menyelenggaran Diklat Berbasis E-learning PBB dan BPHTB untuk Pemda dengan tujuan melaksanakan fungsi Pusdiklat Pajak untuk membina pendidikan, pelatihan, dan penataran keuangan negara di bidang perpajakan serta memberikan pengetahuan dan wawasan kepada para pegawai Pemda yang akan menangani PBB – BPHTB.

Lain BPHTB, lain pula dengan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). PBB masih dikelola oleh pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dapat menghubungi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) terdekat atau kring pajak di 500200.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan pada tahun 2011 juga ditetapan bebas fiskal luar negeri bagi siapapun yang mau bertolak ke luar negeri, baik yang mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maupun tidak.

Pada periode 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2010 bagi wajib pajak orang pribadi yang tak memiliki NPWP dan telah berusia 21 tahun yang pergi keluar negeri wajib membayar fiskal luar negeri sebesar Rp 2,5 juta untuk pengguna pesawat udara dan Rp 1 juta bagi pengguna kapal laut, dan bebas fiskal luar negeri bagi yang memiliki NPWP.

RSS feed

Powered by Blogger.

My Profile

My photo
Jakarta, Indonesia
belajar untuk sekedar menata huruf membentuk serupa kata dan terlihat seperti kalimat

Follower

About